Thursday, February 13, 2014
Menata kembali Indonesia
MEDIA
RABU,5
FEBRUARI2Q14
INDONESIA
OPINlr
Menata
kembali
Indonesia
,
S
S
AATini,
mulai
banyak
orang
Indonesia
yang
optimistis
bahwa
Pilpres
2014
akan
mernbawa
harapan
bagi
masa
depan
Indonesia.
[un
Hanna,
pengamat
Indonesia
dari
Universitas
Ritsumeikan,
[epang,
menyebut
optimisme
tersebut
sebagai
'efek
[okowi'
yang
dipercaya
setidaknya
akan
menyebabkan
perubahan
politik
yang
sangat
penting
terkait
dengan
konsolidasi
demokrasi
di
negeri
ini
(Kompas,
15/1/2014).
Fenomena
munculnya
[okowi
sebagai
seorang
'nonelite'
yang
memperoleh
dukungan
luas
dan
fanatik
dari
masyarakat
untuk
menjadi
presiden
tentu
saja
dihadapkan
pada
tantangan
untuk
mengubah
konstelasi
perpolitikan
Indonesia
yang
selama
era
reformasi
masih
dikuasai
para
elite
(politik
dan
ekonomi)
produk
Orde
Baru.
Selain
itu,
terdapat
beberapa
tantangan
besar
yang
berkaitan
langsung
dengan
kecenderungan
berupa
merebaknya
privatisasi
ekonomi,
yang
dalam
beberapa
bidang
telah
menyebabkan
lumpuhnya
fungsi
,negara
sebagai
penyedia
kesejahteraan
dan
pusat
pelayanan
publik.
Dalam
bentuknya
yang
paling
buruk,
negara
bahkan
ditengarai
telah
menjadi
fasilitator
kepentingan
(neokolonialisme)
asing.
.
Dalam
membendung
arus
deras
globalisasi
neoliberal
dan
konteks
nasional
yang
melingkupinya,
gagasan
-kesejahteraan
yang
berarti
penguatan
kembali
peran
publik
negara
terasa
perlu
kembali
dimunculkan
(Tim
Triloka,
2011).
Perwujudan
neoliberalisme
yang
telah
merambah
ke
hampir
seluruh
kehidupan
ekonomi
negeri
ini
sangat
pantas
untuk
ditinjau
ulang.
Sementara
itu,
langkah
deprivatisasi
dan
nasionalisasi
beberapa
aset
nasional
perlu
dikaji
kelayakannya.
Secara
umum
pembangunan
ekonomi
butuh
reorientasi
agar
lebih
berbasis
kepada
kedaulatan
bangsa
dan
keberlanjutan
sumber
daya
alamo
Meraih
kembali
kedaulatan
Misi
menata
kembali
Indonesia
tentu
saja
merupakan
pekerjaan
besar
yang
harus
dipikul
oleh
seluruh
kekuatan
bangsa.
Untuk
itu,
dibutuhkan
peta
jalan
dengan
ber-
Ivan
Hadar
DirekturInstitutefor
DemocracyEducation(IDE)
KoordinatorTargetMDG(2007-2010)
bagai
sasaran
di
antara
yang
ingin
dicapai.
Sebagai
pendekatan
terna
tik,
setidaknya
perlu
diprioritaskan
enam
sektor
berikut,
yaitu
pangan
dan
pertanian,
energi,
usaha
mikro
dan
kecil,
pendidikan,
kesehatan
serta
ketenagakerjaan.
Isu
ketahanan
pangan,
yakni
kondisi
terpenuhinya
pangan
bagi
setiap
rumahtangga
dengan
mutu
dan
jumlah
yang
aman,
merata,
dan
terjangkau,
seperti
tercantum
dalam
UUNo7/1996tentang
Pangan
adalah
bagian
dari
isu
kedaulatan
pangan.
Selama
rezim
Orde
Baru,
pendekatan
pengembangan
sektor
pertanian
mengikuti
'revolusi
hijau"
yang
berbasiskan
kepada
pupuk
dan
pestisida
kimia,
bibit
hibrida,
serta
teknik
budi
daya
monokultur
telah
menimbulkan
banyak
masalah.
Selamaini,
dalam
era
reformasi
persoalan
ketergantungan
input
produksi
dan
kerusakan
lingkungan
yang
ditimbulkannya
bukan
saja
belum
teratasi,
melainkan
kebijakan
sek
,tor
pertanian
kita
menjadi
semakin
jauh
untuk
melayani
kepentingan
industri
besar
dan
pemilik
modal.
Dampaknya,
Indonesia
masuk
kefood
trap
negara
maju
dan
kapitalisme
global.
Selain
beras,
tujuh
komoditas
utama
nonberas
yang
dikonsumsi
masyarakat
sangat
bergantung
pada
impor.
Ketergantungan
lainnya,
berkaitan
dengan
energi,
khususnya
pada
energi
fosil.
Harga
minyak
bumi
yang
terus
melambung,
penggunaan
energi
yang
boros,
subsidi
BBMdan
listrik
yang
masih
berlanjut,
pertumbuhan
penduduk
dan
kebutuhan
akan
energi
yang
terus
meningkat,
merupakan
permasalahan
energi
nasional
yang
tak
kunjung
selesai.
Data
dari
Kementeriari.
Energi
dan
Sumber
Daya
Mineral
(ESDM)
menunjukkan
bahwa
lebih
dari
separuh
kebutuhan
energi
Indonesia
dipenuhi
dari
minyak
bumi.
Saat
ini,
Indonesia
memiliki
cadangan
total
minyak
bumi
yang
meliputi
cadangan
terbukti
dan
cadangan
potensial,
sekitar
10
miliar
barel.
Jika
'
tingkat
produksi
minyak
rata-rata
sebesar
450
juta
barel
per
tahun,
cadangan
minyak
kita
akan
kering
dalam
20
tahun.
Dengan
demikian,
perlu
upaya
untukmengembangkansumberenergi
terbarukan
(mikro
hidro,
biomassa,
biogas,
gambut,
energi
matahari,
arus
laut,
dan
tenaga
angin)
sehingga
di
masa
mendatang
bangsa
Indonesia
tidak
akan
mengalami
kekurangan
pasokan
energi.
Menu-
rut
catatan
kantor
Menteri
Negara
Riset
dan
Teknologi/Kepala
BPPT,
negara
ini
setidaknya
memiliki
62
jenis
tumbuhan
penghasil
minyak
untuk
energi.
Bagaimana
dengan
perdagangan?
Ternyata,
porsi
sektor
informal
dalam
kegiatan
perdagangan
di
Indonesia
mencapai
di
atas
95%.
Upaya
pengembangan
kewirausahaan
di
Indonesia
sangatterkait
dengan
usaha
mikro,
kecil
dan
menengah
(UMKM),yang
pada
umumnya
merupakan
pengisi
sektor
informal,
dan
bagian
dari
gerakan
koperasi.
Koperasi
dan
UMKM
merupakan
representasi
rakyat
Indonesia
dalam
kehidupan
ekonomi.
Karena
itu,
perlu
diberikan
prioritas
yang
tinggi
dalam
pembangunan
nasional.
Terutama
UMK(usaha
mikro
dan
kecil),
memiliki
keunggulan-keunggulan
kompetitif
dan
komparatif
terutarria
dalam
pemanfaatan
sumber
dayaalamoSektortersier
UMK,yaitu
perdagangan,
pariwisata,
dan
industri
boga,
dengan
investasi
yang
sarna
mampu
menyerap
tenaga
kerja
yang
jauh
lebih
besar
jika
dibandingkan
dengan
usaha
menengah
dan
besar.
Oleh
karena
itu,
secara
prospektif,
UMKdapat
tumbuh
lebih
cepat
asal
ada
kebijakan
yang
efektif
dan
tepat
gunadari
pemerintah.
'
Meningkatkan
sumber
daya
Permasalahan
lainnya
berkaitan
dengan
ketenagakerjaan
adalah
tingginya
jumlah
pengangguran,
minimnya
perlindungan
hukum,
upah
yang
kurang
layak,
dan
rendahnya
pendidikan
buruh.
Data
menunjukkan
secara
jelas,
bahwa
lebih
dari
75%
pekerja
Indonesia
berpendidikan
SLTP
ke
bawah,
tanpa
keterampilan
khusus.
Bagi
kalangan
investor
yang
ingin
me
nanamkan
modalnya
di
Indonesia
sajian
data
ini
akan
menghadirkan
suatu
pengertian
bahwa
jenis
indus
tri
yang
potensial
dikernbangkan
di
Indonesia
adalah
jenis
industri
manufaktur
padat
karya
(garmen,
tekstil,
sepatu,
elektronik).
Selama
lebih
dari
35tahun,
peme
rintah
Indonesia
percaya
dengan
jenis
investor
ini,
sampai
kemudian
disadarkan
oleh
kenyataan
pahit
bahwa
jenis
industri
seperti
itu
ada
lah
jenis
industri
yang
paling
gemar
melakukan
relokasi.
Dalam
dua
dekade
terakhir
kuali
tas
manusia
Indonesia
telah
meng,
alami
kemerosotan
yang
parah
dan
menjadi
yang
paling
rendah
di
Asia
Tenggara.
Selain
kualitas,
pendidikan
kita
juga
menghadapi
masalah
kuantitas.
Tahun
lalu,
dari
118.108
siswa
SD
yang
mengikuti
general
test
di
Jakarta,
misalnya,
sebanyak
34.313
tidak
diterima
di
SLTP
negeri.
Bilainginmelanjutkan
sekolah,
mereka
harus
mendaftar
ke
sekolah
swasta
yang
lebih
mahal.
Padahal,
bisa
diduga,
sebagian
besar
dari
mereka
berasal
dari
keluarga
paspasan,
yang
boleh
jadi
mengalami
kesulitan
belajar
karena
kekurangan
gizi,
misalnya.
Kenyataannya,
sekitar
27%
balita
di
Indonesia
mengalami
gizi
buruk,
Sementara
itu,
angka
kematian
balita
(AKB)dan
ibu
(AKI)di
Indo
nesia
merupakan
yang
tertinggi
di
kawasan
ASEAN.
Tingginya
kasus
gizi
buruk
yang
dialami
calon
gene
rasi
penerus
bangsa
ini
sangat
ber
hahaya
bagi
peningkatan
kualitas
pembangunan
negeri
ini.
Menata
kembali
Indonesia,
ideal
nya
berdasarkan
jiwa,
semangat,
ni
lai
dan
konsensus
dasar
berdirinya
Republik
ini
seperti
yang
tersurat
dalam
Mukadimah
dan
Pasal
33
UUD'45.
Pembangunan
berkeadilan
'
ditorehkan
sebagai
arah
besarnya
dengan
agenda
dan
program
pem
bangunan
yang
dicanangkan
untuk
mencapai
keadaan
masyarakat
yang
sejahtera
melaluikedaulatan
pangan
dan
energi,
penciptaan
kesempatan
.kerja,
penghapusan
kerniskinan,
dan
pengurangan
berbagai
bentuk
ketimpangan.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment