Thursday, February 13, 2014
Dampak Sosial Ekonorni Banjir
Suara
Pembaruan
Jumat,7
Februari
2014
Dampak
Sosial
Ekonorni
Banjir
Env
PURWO
SAPUTRO
B
B
anjir
tahunan
melanda
republikini.
Jakarta
dan
Manado
menjadi
daerah
yang
paling
parah
terkena
beneana
banjir
awal
tahun
ini.
Meskipun
berbagai
upaya
telah
dilakukan
pemerintah
pusat
dan
daerah,
tetapi
bencana
tahunan
banjir
tampaknya
masih
menjadi
ancaman
serius
karena
implikasi
beneana
banjir
tidak
hanya
terkait
aspek
kesehatan
masyarakat,
tetapi
juga
sosial
dan
ekonomi.
Kalkulasi
dampak
banjir
terhadap
aspek
sosial
ekonomi
terlihat
dari
prediksi
sejumlah
pelaku
usaha
yang
menyatakan
taksiran
kerugian
banjir
di
Jakarta
mencapai
miliaran
rupiah
per
hari.
Kalkuhlsi
ini
sangat
10gis
jika
dikaitkan
.keberadaan
Jakarta
sebagai
ibu
kota
negara
dan
kawasan
ekonomi
-bisnis
yang
tidak
bisa
melakukan
transaksi
akibat
tertutupnya
arus
lalu
lintas.
Bahkan,
banjirkali
ini
juga
semakin
kuat
memieu
sentimen
untuk
memindahkan
ibu
kota.
Persoalan
memindahkan
ibu
kota
bukanlah
persoalan
mudah,
namun
yang
lebih
penting
adalah
bagaimana
meminimalisasi
terjadinya
banjir
tahunan,
termasuk
juga
problem
lain
yaitu
kemacetan.
Oleh
karena
itu,
penyelesaian
problem
tersebut
tidak
bisa
sepenuhnya
dibebankan
kepada
Jokowi,
tetapi
ini
merupakan
persoalan
yang
harus
ditanggung
secara
bersama,
termasuk
masyarakat
sebab
mereka
tidak
hanya
menjadi
obyek
tapi
juga
subjek
dari
"perkembangan
dan
pembangunan.
Paling
tidak,
kesadaran
kolektif
terhadap
lingkungan
merupakan
aeuan
dasar
bagi
kesejahteraan
perkotaan
pada
era
global.
Se-
lain
itu
pembangunan
perkotaan
yang
mengaeu
tata
kota
yang
ra
mah
lingkungan
juga
harus
bisa
diterapkan
agar
pembangunan
perkotaan
tidak
mengaburkan
makna
hakiki
dari
tujuan
pem
bangunan
untuk
mewujudkan
kesejahteraan
sosial.
.
Mengaeu
dampak
sosi
al
ekonomi
banjir
yang
semakin
parah
pada
5
tahun
terakhir
ma
ka
pemerintah
melalui
Kemen
terian
Keuangan
menyiapkan
dana
Rp
1,5
triliun
untuk
proses
penanganan
beneana.
Anggaran
ini
dapat
dimanfaatkan
oleh
lembaga
yang
berwenang
de
ngan
penanganan
beneana
yaitu
Badan
Nasional
Penanggulang
an
Beneana
(BNPB).
Bahkan,
dalam
APBN
2014
'telah
disetu
jui
DPR
dana
taktis
penanganan
benearia
Rp
3
triliun.
Kalku1asi
.besaran
dana
tanggap
beneana
tersebut
temyata
dianggap
terlalu
keeil
dibandingkan
dengan
fakta'
dari
dampak
yang
terjadi.
Oleh
karena
itu
Kepala
Pusat
Data
Informasi
dan
Humas
BNPB,
Sutopo
Purwo
Nugroho
menegaskan
bahwa
alokasi
dana
tanggap
bencana
seharusnya
lebih
besar
lagi
karena
kerugian
.setiap
tahun
akibat
bencana
mencapai
Rp
30
triliun.
Meneermati
besaran
kerugi
an
akibat
beneana
dan
alokasi
dana
tanggap
bencana,
hal
ini
se
eara
tidak
langsung
menegaskan
bahwa
penanganan
bencana
tiap
tahun
membutuhkan
anggaran
sekitar
Rp
lO·triliun-Rp
15
trili
un.
Alokasi
ini
tidak
hanya
ter
kait
dengan
penanganan
riil
saat
terjadinya
beneana
tapi
juga
upa
ya
preventif
untuk
mengantisipa
si
beneana
dan
juga
penanganan
pasca
bencana.
Berbagai
upaya
dari
alokasi
dana
tanggap
benea
na
tersebut
tidak
lain
dimaksud
kan
untuk
meminimalisasi
kor
banbaik
jiwa
ataupun
material.
Semua
Sektor
Jika
dicermati,
aspek
kerugian
dari
beneana
banjir
tahunah
terjadi
di
semuasektor,
misal
pada
kasus
perbankan
bahwa
operasionalnya
terhenti.
Kalkulasi
kerugian
yang
terbesar
bisa
dicermatidari
sektor
pemiaga
an.
Betapa
tidak
dari
"'kasus
di
Jakarta
saja
misalnya
sejum1ah
pusat-pusat
pemiagaan
tutup
total
selama
banjir
yang
terjadi
seminggu
terakhir.
Hal
ini
terutama
disebabkan
karena
akses
dari
dan
ke
pusat-pusat
pemiagaan
tersebut
terputus.
Khusus
di
kawasan
Mangga
Dua,
dari
sekitar
20:000
toko
yang
memiliki
omzet
Rp
5juta
per
hari
maka
kalkulasi
kerugiannya
mencapai
Rp
50
miliar
per
hari,
sedangkan
yang
di
Ke1apa
Gading
diprediksi
dapat
meneapaiRp
40
mi-
liar
per
hari.
Jika
banjir
terjadi
seminggu,
kalkulasinya
menjadi
lebih
besar.
Bahkan,
diPasar
Tanah
Abang
omzet
pedagang
.
turun
drastis
yaitu
meneapai
80%
karena
banjir.
Padahal,
omzet
per
hari
mencapai
Rp
200
miliar.
Fakta
di
atas
baru
mengaeu
aspekdistribusi,
padahal
dam
pak
banjir
juga
berpengaruh
di
sektor
produksi.
Betapa
tidak,
banjir
juga
mengakibatkan
se
jumlah
kawasan
industri
di
ber
bagai
daerah
tidakberoperasi.
Hal
ini
tidak
hanya
disebabkan
karena
karyawan
tidak
bisa
ma
suk
ke
lokasi
industri,
tetapi
ju
ga
karyawan
terjebak
banjir
di
daerah
rumahnya.
Bahkan,
di
sejumlah
daerah
industri
seperti
kawasan
industri
Pulogadung
.dan
Kawasan
Berikat
Nusantara
juga
tergenang
banjir.
Persoalan
riil
juga
bertambah
ketika
pelabuhan
Tanjung
Priok
himpuh
karena
aksesnya
terputus
sehirigga
lalu
lintas
dan
proses
bongkar
muat
terhambat.
Konsekuensi
dari
lumpuhnya
operasiona1
pelabuhan
jelas
berdampak
serius
terhadap
distribusi
barang
ekspor
-impor.
Implikasi
banjir
sangat
besar
dari
aspek
sosial
ekonomi
dan
hal
ini
perlu
perhatian
lebih
serius
dari
pemerintah.
Selain
itu,
industri
asuransi
juga
harus
mempersiapkan
dana
lebih
besar
lagi
karena
tentu
klaim
akibat
banjir.
akan
semakin
besar
untuk
tahun
ini.
Padahal,
klaim
asuransi
umum
yang
terjadi
pada
banjir
2013
lalu
meneapai
Rp3
triliun.
PENULI~,
ADALAH
DOSEN
DI
FEB
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH
SOLO
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment